Nak, menjadi seorang ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Meskipun demikian, ketahuilah, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui makna keberadaanku dan tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapa pun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan-Nya, hingga saat usia senja ini.
u00a0
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkausebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apap pun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata ‘tidak’ timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdianmu darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.
Sejak saat itu, satu-satuna usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan. Inilah usaha terberatku, karena artinyaaku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu untuk dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kita pun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku hanya menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau aku boleh berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan, Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.
Disarikan dari Misykat No. 8
Dikutif dari Buku KUbik leadership
#kang aw
#SpiritualMindMotivation