Belajar dari shalat 5 waktu, Allah ta’ala memberi pelajaran mahal yang bisa kita petik dan refleksikan dimanapun. Berhenti sejenak. Dua pelajaran besar dari perhentian-perhentian dalam pelajaran shalat, menandakan “ada” pesan khusus dari Sang Maha Sempurna.

1. Putaran Waktu 24 Jam Sehari

Allah menginginkan kita berhenti sejenak di waktu-waktu (shalat) yang sudah ditetapkan. Jam shalat (subuh hingga isya) sudah berada di tempatnya masing-masing. Tak mungkin Allah memerintahkan segala sesuatu tanpa perhitungan. Allah Maha Teliti. Maka, jika kita tepati waktu sesuai schedule dariNya, disiplin, maka pasti. Sekali lagi, pasti!
Pasti berdampak sangat baik bagi kita, bagi kesehatan lahir maupun bathin. Seolah Allah berpesan, putaran waktu yang mengalir cepat di keseharian manusia, harus dihentikan sejenak, beberapa waktu lamanya berbentuk jeda shalat.

2. Saat Shalat

Setiap kita shalatpun, Allah memberi pesan kuat, mewujud dalam contoh Rasul saw saat mencontohkan shalat, untuk ada penghentian sejenak diantara gerakan dan bacaan shalat di gerakan shalatnya: tuma’ninah. Berhenti sejanak. Tidak mengalir bergerak tanpa henti. Ada jenak-jenak penghentian yang mesti kita penuhi, agar syarat khusyu terikhtiarkan.

Itu baru ‘pesan’ (ibrah) dari perintah shalat, yang bahkan seusai shalatpun, kita mendapati pelajaran untuk tetap ada jeda, tidak langsung beraktivitas, agar sempat hati ini berkomunikasi lewat dzikir ba’da shalat, menundukkan hati, menghadirkan rasa kehambaan, kehadapanNYA.

Maka Berhentilah Sejenak !

agar mengingat apa yang selama ini sudah dilimpahkan orangtua kita, apa yang sudah kita balaskan sebagai bakti kita.
agar mengecek ulang, apa yang harus kita perbaiki dan tingkatkan, dalam kebersamaan bersama pasangan, pun anak-anak.
agar meng-evaluasi, sejauh mana karir dan kinerja kita, sebagai profesional ataupun sebagai pebisnis.
agar muhasabah, sudah sejauh mana kualitas dan kuantitas kehambaan kita? Kualitas dan kuantitas kebermanfaatan kita?

Itu sebab, dalam bisnis, berhenti sejenak itu dapat mewujud rapat pekanan, bulanan, tahunan, dll. Agar meluruskan langkah, memunculkan gagasan, mandapatkan solusi, dan terus demikian. Dalam kepemimpinan, dia mewujud dalam upaya diri belajar lagi, bertaubat, silaturahim, dkk. Dalam persahabatan, ia menjelma berbentuk hubungan kebersamaan yang menghangatkan kebaikan agar tetap konsisten, tak tergoda menjadi hubungan yang melalaikan, oleh sebab bersenang-senang yang menjadi tujuan utamanya berteman.

Dalam kebersamaan keluarga, ia bisa mewujud menjadi nge-date rutinnya sang pasangan, menjauh sejenak dari rutinitas dan rayuan kebosanan yang boleh jadi menjadi senjata ampuh syetan, agar saling menyesali kualitas pasangannya, atau kualitas kehidupannya. Ia juga perlu diwujudkan berbentuk kebersamaan khusus di waktu khusus, antara si ayah/ibu dengan setiap anaknya, atau paket besar keluarga.

Pun seharusnya, demikian pula sebagai anak ke orangtuanya, menemui untuk menerima energi sayang dan doa ridha orangtua, yang takkan pernah tergantikan oleh apapun. Berhenti sejenak untuk re-fresh, penguatan. Sejenak yaa, bukan berjenak-jenak sangat lama. Apalagi selalu berhenti (lama) padahal belum waktunya berhenti 😅 Berhenti sejenak, untuk memastikan kita tetap berjalan menujuNYA, di jalur yang benar, tidak tersalah jalan.

Ditulis Oleh:
Riza Zacharias

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *